Meresensi buku bukanlah keahlian saya,
tapi selain setiap kali membaca buku-buku biografi tokoh-tokoh besar dunia,
saya selalu berniat untuk menuliskan kesan yang saya tangkap dari bacaan
tersebut. Buku ini merupakan buku kali keberapa yang saya baca terutama
mengenai biografi atau kehidupan seseorang. Banyak buku yang telah saya baca
dalam kategori biografi, tetapi itu rata-rata merupakan biografi para tokoh
yang berasal dari luar Indonesia, saya sebut saja Hillary Clinton seorang
wanita yang punya karakter kuat dalam hal kepemimpinan negara membuat saya
terpukau, kemudian Steve Jobs biografi seorang penggagas sekaligus manajer
handal dibidang tekhnologi yang sangat terkenal seantero dunia. Buku yang saat
ini sangat ingin saya tulis untuk dikenang dan saya hayati merupakan tokoh yang
berasal dari dunia bisnis, namanya adalah Chairul Tanjung. Namanya sangat
Indonesia, Tanjung merupakan marga dari Sumatera Utara yang asli Indonesia.
Saya mulai mengingat nama Chairil
Tanjung ketika pada suatu waktu saya diberi tahu bahwa pemilik Bandung Super
Mall adalah CT, kemudian Trans TV, Trans7, Barkin and Robbin, Carrefour, Bank
Mega, dan banyak perusahan dibidang perkebunan dan lain sebagainya. Saya berpikir
pada awalnya orang ini pasti sangatlah kaya, liberal, tidak berhati, penguasa,
dan berbagai kata yang bisa dikelompokkan sebagai pembawa sifat jahat. Namun setelah
saya membaca biografinya, sejarah hidup serta perjuangannya, saya paling tidak
sudah terpengaruh bahwa ternyata CT merupakan pengusaha yang tidak hanya
mementingkan diri sendiri tetapi juga bangsa. Walaupun kedepan saya juga tidak
bisa memprediksi beberapa hal yang tertulis akankah kebenaran atau hanyalah
sebuah kamuflase untuk sebuah tujuan yang saya anggap menjijikkan.
Di bagian ke 6 halaman 32 saya mengutup
satu paragraf “Modal saya hanya suara,
tanpa sedikit pun niat menjatuhkan siapa pun...Oleh karena itu, saya bisa
melakukan kegiatan di perguruan tinggi sekaligus aktivis bisnis dan berbagai
kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan lainnya.” Cukup memberi kesan
ketaakjuban dalam bahan makna paragraf tersebut. Menjadi seorang pengusaha muda
dari mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia hanya dengan bekal suara,
sungguh sangat menakjubkan. Pasti pertanyaannya bagaimana bisa dia
melakukannya? Hal ini beliau jawab di bagian 12 halaman 83 yang menceritakan
mengenai kegiatannya belajar teater di Gothra Athidira dari bahasa sansekerta
yang artinya berani dan jujur. Belajar teater dengan diawali “...latihan meditasi. Mengatur napas,
mengosongkan pikiran, dan fokus. Mengingat kembali apa yang dikerjakan sejak
bangun tidur hingga saat ini...kami pelajari filsafat, yang saat itu tidak
dianggap menyeramkan seperti saat ini. Tokoh-tokoh dunia, seperti Friedrich
Nietzsche, Thomas Hobbes, Jean Jacques Rousseau, Betrand Russel, Sigmond Freud,
Max Weber, Goethe, Hegel, Tan Malaka, Arnold Toynbee, Bung Karno, Von
Clausewitz, MacIver, Immanuel Kant, Mustafa Kemal Ataturk...”
Banyak hal yang beliau ambil dari teater
ini terutama dalam hal filosofi kehidupan yang akhirnya memperkuat ideologinya
sendiri. Seperti dalam halaman 93 “Kebijaksanaan
sejak dari hati dan pikiran, tidak hanya dari ucapakn. Rasakan, pikirkan,
ucapkan, baru tindakan. Bila kita bijak dalam berpikir, maka tindakan tidak
hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga untuk orang lain” kemudian
juga dihalaman 101 “Kemampuan mengontrol
diri untuk meminimalkan publikasi diri sendiri. Manusia menjadi tinggi karena
publikasi, saat sudah begitu rasa sakit saat jatuh menjadi terperi”
keindahan pemilihan diksi memberikan kesan yang sangat kuat, dalam dan mencuci
otak dalam penilaian karakter CT, hal ini juga lah yang dimaksudkan beliau
mengenai modalnya yang hanya bahasa.
Selain hal filosofi kehidupan cara
pandangnya terhadap keadaan bangsa bisa dikatakan bisa diacungi jempol walaupun
saya juga terkadang berpikir jelas dia sangat memikirkan keadaan bangsa, karena
disinilah dia akan berpikir membentuk berbagai usaha-usahanya. Menarik terutama
ketika beliau membicarakan mengenai kemiskinan pada halaman 174 “Kemiskinan ini man made, karena struktur
ekonomi, politik dan sosial kita yang memproduksi sekelompok kecil orang kaya
dan sebagian besar miskin” kemudian tesisnya terhadap penyebab kemiskinan
struktural tersebut “...kekuatan yang
sudah menguasai aset kemudian bersekutu dengan penguasa politik karena dia bisa
membiaya biaya politik penguasa. Penguasa bisa memberikan proteksi, izin-izin,
dan berbagai kemudahan kepada yang mempunyai uang. Kemudian terdapat aliansi
kelas ata melawan kelas bawah...semakin lama orang akan semakin bergantung dan
kemandirian lambat laun akan luntur.”
Selain itu juga beliau memberikan solusi
kemiskinan sebagai man made poverty menarik
yaitu “penguasaan aset”, beliau mengartikan bahwa setiap masyarakat harus
diberi kesempatan dan akses yang sama, kunci pencapaiannya yaitu kebijakan pendidikan berbasis kemanusiaan, membentuk
lapisan pengusaha menengah nasionalis
kerakyatan berjumlah banyak dengan watak ekonomi kerakyatan dan demokrasi
kerakyatan, mengoreksi kepincangan pendidikan kepincangan penguasaan aset
ekonomi dan juga kepincangan pendapatan.
Terlalu banyak hal yang menarik untuk
dikaji dan dicermati dari biografi CT
ini, tapi cukup menarik jika mengutip sedikit dalam bagian 40 yang merupakan
epilog dihalaman 347 “Saya sekarang
adalah akumulasi masa lalu” dan dihalaman 354 “Selama 50 tahun perjalanan hidup saya, pengalaman berharga yang saya
rasakan adalah saat kita memiliki cita-cita untuk selalu menjadi lebih baik” epilog yang ini untuk sekedar diresapi dan diambil maknanya, bahwa CT bukanlah
mesin pemonopoli ekonomi tetapi merupakan pribadi ulet, tangguh, pekerja keras,
religius dan pantang menyerah. (G-Mv)