Minggu, 23 September 2012

HUKUM KEHIDUPAN CHAIRUL TANJUNG

Sabtu, 22 September 2012 Pukul 20.07


Meresensi buku bukanlah keahlian saya, tapi selain setiap kali membaca buku-buku biografi tokoh-tokoh besar dunia, saya selalu berniat untuk menuliskan kesan yang saya tangkap dari bacaan tersebut. Buku ini merupakan buku kali keberapa yang saya baca terutama mengenai biografi atau kehidupan seseorang. Banyak buku yang telah saya baca dalam kategori biografi, tetapi itu rata-rata merupakan biografi para tokoh yang berasal dari luar Indonesia, saya sebut saja Hillary Clinton seorang wanita yang punya karakter kuat dalam hal kepemimpinan negara membuat saya terpukau, kemudian Steve Jobs biografi seorang penggagas sekaligus manajer handal dibidang tekhnologi yang sangat terkenal seantero dunia. Buku yang saat ini sangat ingin saya tulis untuk dikenang dan saya hayati merupakan tokoh yang berasal dari dunia bisnis, namanya adalah Chairul Tanjung. Namanya sangat Indonesia, Tanjung merupakan marga dari Sumatera Utara yang asli Indonesia.
Saya mulai mengingat nama Chairil Tanjung ketika pada suatu waktu saya diberi tahu bahwa pemilik Bandung Super Mall adalah CT, kemudian Trans TV, Trans7, Barkin and Robbin, Carrefour, Bank Mega, dan banyak perusahan dibidang perkebunan dan lain sebagainya. Saya berpikir pada awalnya orang ini pasti sangatlah kaya, liberal, tidak berhati, penguasa, dan berbagai kata yang bisa dikelompokkan sebagai pembawa sifat jahat. Namun setelah saya membaca biografinya, sejarah hidup serta perjuangannya, saya paling tidak sudah terpengaruh bahwa ternyata CT merupakan pengusaha yang tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi juga bangsa. Walaupun kedepan saya juga tidak bisa memprediksi beberapa hal yang tertulis akankah kebenaran atau hanyalah sebuah kamuflase untuk sebuah tujuan yang saya anggap menjijikkan.
Di bagian ke 6 halaman 32 saya mengutup satu paragraf “Modal saya hanya suara, tanpa sedikit pun niat menjatuhkan siapa pun...Oleh karena itu, saya bisa melakukan kegiatan di perguruan tinggi sekaligus aktivis bisnis dan berbagai kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan lainnya.” Cukup memberi kesan ketaakjuban dalam bahan makna paragraf tersebut. Menjadi seorang pengusaha muda dari mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia hanya dengan bekal suara, sungguh sangat menakjubkan. Pasti pertanyaannya bagaimana bisa dia melakukannya? Hal ini beliau jawab di bagian 12 halaman 83 yang menceritakan mengenai kegiatannya belajar teater di Gothra Athidira dari bahasa sansekerta yang artinya berani dan jujur. Belajar teater dengan diawali “...latihan meditasi. Mengatur napas, mengosongkan pikiran, dan fokus. Mengingat kembali apa yang dikerjakan sejak bangun tidur hingga saat ini...kami pelajari filsafat, yang saat itu tidak dianggap menyeramkan seperti saat ini. Tokoh-tokoh dunia, seperti Friedrich Nietzsche, Thomas Hobbes, Jean Jacques Rousseau, Betrand Russel, Sigmond Freud, Max Weber, Goethe, Hegel, Tan Malaka, Arnold Toynbee, Bung Karno, Von Clausewitz, MacIver, Immanuel Kant, Mustafa Kemal Ataturk...”
Banyak hal yang beliau ambil dari teater ini terutama dalam hal filosofi kehidupan yang akhirnya memperkuat ideologinya sendiri. Seperti dalam halaman 93 “Kebijaksanaan sejak dari hati dan pikiran, tidak hanya dari ucapakn. Rasakan, pikirkan, ucapkan, baru tindakan. Bila kita bijak dalam berpikir, maka tindakan tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tapi juga untuk orang lain” kemudian juga dihalaman 101 “Kemampuan mengontrol diri untuk meminimalkan publikasi diri sendiri. Manusia menjadi tinggi karena publikasi, saat sudah begitu rasa sakit saat jatuh menjadi terperi” keindahan pemilihan diksi memberikan kesan yang sangat kuat, dalam dan mencuci otak dalam penilaian karakter CT, hal ini juga lah yang dimaksudkan beliau mengenai modalnya yang hanya bahasa.
Selain hal filosofi kehidupan cara pandangnya terhadap keadaan bangsa bisa dikatakan bisa diacungi jempol walaupun saya juga terkadang berpikir jelas dia sangat memikirkan keadaan bangsa, karena disinilah dia akan berpikir membentuk berbagai usaha-usahanya. Menarik terutama ketika beliau membicarakan mengenai kemiskinan pada halaman 174 “Kemiskinan ini man made, karena struktur ekonomi, politik dan sosial kita yang memproduksi sekelompok kecil orang kaya dan sebagian besar miskin” kemudian tesisnya terhadap penyebab kemiskinan struktural tersebut “...kekuatan yang sudah menguasai aset kemudian bersekutu dengan penguasa politik karena dia bisa membiaya biaya politik penguasa. Penguasa bisa memberikan proteksi, izin-izin, dan berbagai kemudahan kepada yang mempunyai uang. Kemudian terdapat aliansi kelas ata melawan kelas bawah...semakin lama orang akan semakin bergantung dan kemandirian lambat laun akan luntur.”
Selain itu juga beliau memberikan solusi kemiskinan sebagai man made poverty menarik yaitu “penguasaan aset”, beliau mengartikan bahwa setiap masyarakat harus diberi kesempatan dan akses yang sama, kunci pencapaiannya yaitu kebijakan pendidikan berbasis kemanusiaan, membentuk lapisan pengusaha menengah nasionalis kerakyatan berjumlah banyak dengan watak ekonomi kerakyatan dan demokrasi kerakyatan, mengoreksi kepincangan pendidikan kepincangan penguasaan aset ekonomi dan juga kepincangan pendapatan.
Terlalu banyak hal yang menarik untuk dikaji  dan dicermati dari biografi CT ini, tapi cukup menarik jika mengutip sedikit dalam bagian 40 yang merupakan epilog dihalaman 347 “Saya sekarang adalah akumulasi masa lalu” dan dihalaman 354 “Selama 50 tahun perjalanan hidup saya, pengalaman berharga yang saya rasakan adalah saat kita memiliki cita-cita untuk selalu menjadi lebih baik” epilog yang ini untuk sekedar diresapi dan diambil maknanya, bahwa CT bukanlah mesin pemonopoli ekonomi tetapi merupakan pribadi ulet, tangguh, pekerja keras, religius dan pantang menyerah. (G-Mv)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar